Berita

Berita Pendidikan Nasional

SMAN Senduro

SMAN Senduro

Mudahkanlah, jangan dipersulit!

Sekolah Adiwiyata adalah tempat belajar yang bertujuan agar siswanya memiliki karakter peduli lingkungan setelah lulus dari sana. Oleh karena itu, sekolah mengintegrasikan tiga prinsip dasar dalam penentuan kurikulumnya, yakni edukatif, partisipatif, dan berkelanjutan. Edukatif berarti pendidikan lingkungan melalui berbagai pembiasaan hidup berdampingan dengan alam, seperti memelihara dan mengelola lingkungan itu sendiri. Hal ini diharapkan dapat mengubah pola pikir dan perilaku warga sekolah menjadi manusia-manusia yang peduli lingkungan, menjadikan warga yang cinta lingkungan, baik di sekolah, di rumah, maupun di masyarakat. Sementara itu, partisipatif adalah melaksanakan program sekolah secara komprehensif, mulai dari pihak pemerintah sampai masyarakat. Oleh karena itu, sekolah menyusun kegiatan yang berhubungan dengan program sekolah adiwiyata berdasarkan kesepakatan dengan orangtua murid. Kemudian berkelanjutan memiliki arti bahwa program sekolah Adiwiyata adalah dapat dilakukan terus-menerus hingga tujuannya tercapai. Tujuan sekolah Adiwiyata sendiri adalah menimbulkan kesadaran semua pihak tentang peduli lingkungan

adiwiyata5

Setelah tahun lalu SMA Negeri Senduro berkesempatan menjadi Sekolah Adiwiyata Tingkat Kabupaten, maka tahun ini SMA Negeri Senduro melanjutkan kegiatan dengan mengikuti Lomba Sekolah Adiwiyata Tingkat Provinsi. Dengan berbekal pengalaman di waktu yang lalu dan pembiasaan yang dilakukan terhadap peserta didik kami optimis dapat melaksanakan kegiatan ini dengan maksimal.

Berbagai kampanye tentang konservasi lingkungan telah kami lakukan bersama kader adiwiyata sekolah meliputi konservasi air, energi, dan juga pengelolaan sampah melalui prinsip 3R yaitu reduse, reuse, dan recycle. Media yang kami pakai tidak hanya konvensional tapi juga mengikuti perkembangan jaman yaitu melalui media sosial yang kami miliki.  Dengan harapan generasi Z ini bisa teredukasi tentang pentingnya menjaga kelestarian lingkungan demi kehidupan di masa yang akan datang. Sincan

adiwiyata3

(selalu membawa botol minum dari rumah untuk mengurangi pemakaian botol plastic sekali  pakai)

Selasa, 04 Oktober 2022 03:47

SMAN Senduro Sekolah Adiwiyata

Adiwiyata adalah program Kementerian Lingkungan Hidup dalam rangka mendorong terciptanya pengetahuan dan kesadaran warga sekolah dalam upaya pelestarian lingkungan hidup. Diharapkan setiap warga sekolah ikut terlibat dalam kegiatan sekolah menuju lingkungan yang sehat dan menghindari dampak lingkungan yang negatif. Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 05 Tahun 2013 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Adiwiyata, Sekolah Adiwiyata adalah sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan, dan Program Adiwiyata adalah program untuk mewujudkan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan. Lingkungan yang bersih dan sehat tentunya menjadi impian bagi institusi pendidikan di Indonesia. Lingkungan sekolah yang bersih dan sehat juga mencerminkan keberadaan warga sekolah yang ada, mulai dari siswa, guru, staf, karyawan unsur pimpinan sekolah dan bahkan orang tua siswa.

adiwiyata2

Beberapa waktu lalu SMAN SENDURO diberi kesempatan menjadi sekolah Adiwiyata tingkat Kabupaten tepatnya di tahun 2021 meskipun ini masih langkah pertama untuk lebih maju, hal ini sangat membanggakan bagi kami. Karenanya kami harus mempersiapkan diri untuk mengikuti Lomba Adiwiyata tingkat Provinsi di Tahun 2022.

Untuk membekali diri dengan pengetahuan, kami juga mengadakan kunjungan studi tiru ke SMPN 1 Tempeh yang baru-baru ini berhasil menjadi juara 1 Adiwiyata tingkat Provinsi.

Kunjungan studi tiru tidak hanya diikuti oleh Bapak/Ibu guru saja, beberapa perwakilan dari kader Adiwiyata SMAN Senduro juga diajak untuk mengikuti kunjungan studi tiru untuk belajar apa saja kegiatan dari kader Adiwiyata SMPN 1 Tempeh, setelah melakukan kunjungan tersebut perwakilan dari kader Adiwiyata SMAN Senduro melakukan meet via google meet untuk menanyakan hal yg tak sempat terjawab serta berbagi pengalaman tentang kader Adiwiyata.

Selain studi tiru, SMAN SENDURO mengadakan lomba edukasi dari siswa kepada siswa tentang 3R yaitu:

  • Recycle

Recycle atau mendaul ulang adalah kegiatan mengolah kembali atau mendaur ulang. Pada prinsipnya, kegitan ini memanfaatkan barang bekas dengan cara mengolah materinya untuk dapat digunakan lebih lanjut. Contohnya adalah memanfaatkan dan mengolah sampah organik untuk dijadikan pupuk kompos

  • Reuse

Reuse atau penggunaan kembali adalah kegiatan menggunakan kembali material atau bahan yang masih layak pakai. Sebagai contoh, kantong plastik atau kantng kertas yang umumnya didapa dari hasil kita berbelanja, sebaiknya tidak dibuang tetapi dikumpulkan untuk digunakan kembali saat dibutuhkan.

  • Reduce

Reduce atau Pengurangan adalah kegiatan mengurangi pemakaian atau pola perilaku yang dapat mengurangi produksi sampah serta tidak melakukan pola konsumsi yang berlebihan. Contoh menggunakan alat-alat makan atau dapur yang tahan lama dan berkualitas sehingga memperpanjang masa pakai produk atau mengisi ulang atau refill produk yang dipakai seperti aqua galon, tinta printer serta bahan rumah tangga seperti deterjen, sabun, minyak goreng dan lainnya. Hal ini dilakukan untuk mengurangi potensi bertumpuknya sampah wadah produk di rumah.

Tidak hanya itu siswa siswi SMAN SENDURO juga diberi kesempatan untuk mengikuti lomba hasta karya yang menggunakan plastik bekas dan lomba bersih kelas yang dilakukan setiap hari dengan pengumuman juara tiap 2 minggu sekali. Bentuk apresiasi untuk pemenang lomba bersih kelas kami memberikan piala bergilir dengan tujuan untuk menambah wawasan tentang lingkungan, keterampilan, kreativitas, dan konsitensi menjaga lingkungan sekolah bersih dan sehat.(Sincan)

TEMPO.COJakarta -Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Makarim melucnurkan kurikulum Merdeka Belajar, sebagai tindak lanjut untuk perbaikan Kurikulum 2013. Kurikulum ini menjadi bagian dalam program Merdeka Belajar episode 15.

Nadiem Makarim menyatakan bahwa kurikulum Merdeka Belajar adalah sebuah pengembangan dan penerapan dari kurikulum darurat yang diluncurkan dalam merespons pandemi Covid-19.

“Jadi pada intinya kita mengikuti filsafat kemerdekaan, kemerdekaan belajar dan kita memberi sekolah tiga opsi yang bisa dipilih dan diterapkan sesuai dengan kesiapan masing-masing sekolah,” kata Nadiem Makarim dalam konferensi pers, Jumat, 11 Februari 2022.

Selain itu, Menteri Nadiem juga menyatakan bahwa setiap sekolah diberikan kebebasan untuk menerapkan kurikulum, seperti Kurikulum Darurat.

Lalu, apa sebenarnya program Merdeka Belajar?

Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan, Merdeka Belajar adalah suatu pendekatan yang dilakukan supaya siswa dan mahasiswa bisa memilih pelajaran yang diminati.

Hal ini dialkukan supaya para siswa dan mahasiswa bisa mengoptimalkan bakatnya dan bisa memberikan sumbangan yang paling baik dalam berkarya bagi bangsa.

Nadiem Makarim pada 2019 menyebutkan bahwa salah satu hal yang harus diperhatikan dalam Merdeka Belajar adalah kemerdekaan berpikir. Kemerdekaan berpikir menjadi salah satu fondasi dasar dari program Merdeka Belajar. Nadiem juga menyebutkan bahwa kemerdekaan berpikir harus dipraktikkan oleh para guru terlebih dahulu sebelum diajarkan kepada para siswa.

Di samping itu, program Merdeka Belajar juga akan membawa perubahan pada sistem pengajaran yang semula bernuanasa di dalam kelas menjadi di luar kelas. Nuanasa pembelajaran di luar kelas ini diharapkan akan membuat setiap siswa menjadi lebih nyaman karena bisa lebih banyak berdiskusi dan akan membentuk karakter dari para siswa.

Salah satu alasan dari Nadiem meluncurkan program Merdeka Belajar adalah penelitian PISA tahun 2019.

Saat itu, penelitian PISA menunjukan hasil bahwa siswa-siswa dari Indonesia menduduki posisi keenam dari bawah dalam bidang matematika dan literasi. Oleh karena itu, hasil penelitian tersebut menjadi salah satu faktor yang mendorong lahirnya program Merdeka Belajar.

sumber: https://nasional.tempo.co/read/1560429/apa-itu-merdeka-belajar-tersebab-survei-jebloknya-matematika-dan-literasi-siswa/full&view=ok

Perguruan tinggi kerap kali dilihat sebagai jalan yang terbukti membawa kesuksesan bagi kaum muda. Tetapi, pandemi Covid-19 mendorong terjadinya transisi perguruan tinggi menjadi serba daring.

Hal ini diikuti kondisi pasar kerja yang semakin kacau di mana permintaan dan penawaran kerja berada pada posisi yang tidak seimbang.

Banyak calon mahasiswa yang kemudian mempertanyakan: apakah melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi masih jadi pilihan yang relevan?

Lebih dari sekadar sukses, sebagian orang juga mulai bertanya: bisakah kuliah membuat Anda lebih bahagia?

Berikut adalah apa yang dikatakan oleh para peneliti dan pakar seperti dikutip dari CNBC, Kamis (25/53/2021).

"Pendidikan mungkin lebih berkorelasi kuat dengan kebahagiaan masa depan sepanjang masa dewasa daripada variabel lainnya," kata Jeffrey Arnett, profesor psikologi di Universitas Clark.

Kebahagiaan, dalam hal ini, diartikan sebagai kepuasan terhadap jalan hidup yang ditempuh oleh seseorang. 

Penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan yang Anda miliki, cenderung Anda akan semakin bahagia.

Dalam data yang berasal dari U.S. General Social Surveys, 94 persen orang dengan gelar sarjana atau lebih melaporkan merasa bahagia atau sangat bahagia dengan kehidupan mereka secara keseluruhan, sementara 89 persen lulusan sekolah menengah atas mengatakan hal yang sama.

Selain itu, Pew survey di tahun 2016 menemukan bahwa orang dewasa dengan pendidikan kurang dari sekolah menengah atas lebih dari dua kali lebih mungkin mengatakan bahwa mereka tidak bahagia dengan kehidupan yang dijalani dibandingkan dengan mereka yang memiliki gelar sarjana atau lebih tinggi.

Memiliki gelar sarjana juga berkorelasi dengan sumber kebahagiaan lain: Orang yang kuliah juga cenderung memiliki hasil kesehatan yang lebih baik, pernikahan yang lebih stabil, dan umur yang lebih lama daripada mereka yang tidak lulus SMA.

Orang cenderung menjadi lebih bahagia dengan semakin banyak uang yang mereka hasilkan sejauh uang yang dimiliki memungkinkan mereka untuk memenuhi kebutuhan dasar, seperti akses ke perawatan kesehatan dan tempat tinggal yang aman.

Data dari Federal Reserve Bank di New York menunjukkan bahwa rata-rata orang dengan gelar sarjana menghasilkan US$ 30.000 lebih banyak dalam setahun, atau hampir 75% lebih banyak, daripada mereka yang memiliki ijazah sekolah menengah atas. Rata-rata lulusan perguruan tinggi menghasilkan sekitar US$ 78.000 setahun, sedangkan seseorang yang hanya berpendidikan sekolah menengah atas menghasilkan US$ 45.000.

Alasan dari mengapa hal ini bisa terjadi adalah karena sebagian besar pekerjaan saat ini membutuhkan gelar sarjana untuk dipekerjakan. Kemajuan dalam automasi digital juga terlibat menjadi faktor yang menyisakan sedikit peluang bagi pelamar kerja yang tidak memenuhi kriteria tersebut. 

“Pendidikan tinggi dan gelar sarjana masih terbukti menjadi jalan keluar dari kemiskinan bagi banyak mahasiswa,” jelas Alex Bernadotte, CEO dan pendiri Beyond 12, sebuah organisasi yang membimbing mahasiswa yang kurang mampu untuk menyelesaikan gelar perguruan tinggi mereka.

“Dengan pendidikan yang lebih tinggi, seseorang lebih mungkin untuk melakukan hal-hal yang menjadi tujuan hidup mereka,” ucap Kendall Cotton Bronk, profesor psikologi di Claremont Graduate University.

Mereka yang mengejar tujuan dalam hidup cenderung memiliki kesehatan mental dan fisik yang lebih baik, dan umur yang lebih panjang.

“Penelitian berulang kali menemukan bahwa individu dengan tujuan hidup cenderung melaporkan bahwa mereka lebih bahagia, atau mereka lebih berharap dan lebih puas, daripada individu yang tidak,” tambah Bronk.

Menurut Bronk, kemampuan untuk menemukan tujuan dalam hidup sebenarnya dipengaruhi pula oleh jurusan yang dipilih oleh mahasiswa berdasarkan keterampilan dan bakat mereka. Jurusan terbaik adalah jurusan yang membantu Anda menemukan tujuan dalam hidup Anda. Sehingga menurutnya, tidak ada satu jurusan yang membuat orang paling bahagia, karena orang mendapatkan tujuan dari berbagai hal.

Misalnya, dalam PayScale’s 2019 College Salary Survey, 3,5 juta responden dari lebih dari 4.000 perguruan tinggi di seluruh AS ditanyai apakah mereka yakin pekerjaan mereka membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik. Hasilnya, jurusan-jurusan dalam bidang kesehatan serta pelayanan kemasyarakatan dan sosial cenderung lebih berhasil memberi makna kepada orang-orang.

Apakah ada jalan selain perguruan tinggi menuju kebahagiaan?

Nasihat Bronk untuk mahasiswa saat ini adalah untuk berhenti sejenak dan benar-benar memikirkan tentang apa yang sebenarnya penting? Hal Itu bisa berarti mengambil tahun jeda (gap year) atau menempuh magang yang dapat membantu karir Anda kedepannya.

Pada akhirnya, pendidikan memang berpotensi meningkatkan kebahagiaan Anda, bukan karena apa yang Anda pelajari di kelas, tetapi karena semua hak istimewa yang menyertai perjalanannya, seperti peluang kerja yang lebih besar, peningkatan pendapatan, dan potensi relasi yang lebih luas.

“Jadi, apakah kuliah cocok untuk semua orang, dan apakah Anda perlu kuliah untuk bahagia? Sama sekali tidak,” tutup Bernadotte.

sumber (Liputan6.com Reporter: Priscilla Dewi Kirana https://www.liputan6.com/on-off/read/4508922/penelitian-tingkat-pendidikan-berkorelasi-dengan-kebahagiaan-masa-depan)

Halaman 1 dari 4

Cari

Pengunjung

100807
Hari ini
Minggu Lalu
Bulan lalu
Semua
29
99396
3662
100807

Your IP: 3.236.207.90
2023-03-24 00:12