Berita

Berita Pendidikan Nasional

SMAN Senduro

SMAN Senduro

Mudahkanlah, jangan dipersulit!

TEMPO.COJakarta -Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Makarim melucnurkan kurikulum Merdeka Belajar, sebagai tindak lanjut untuk perbaikan Kurikulum 2013. Kurikulum ini menjadi bagian dalam program Merdeka Belajar episode 15.

Nadiem Makarim menyatakan bahwa kurikulum Merdeka Belajar adalah sebuah pengembangan dan penerapan dari kurikulum darurat yang diluncurkan dalam merespons pandemi Covid-19.

“Jadi pada intinya kita mengikuti filsafat kemerdekaan, kemerdekaan belajar dan kita memberi sekolah tiga opsi yang bisa dipilih dan diterapkan sesuai dengan kesiapan masing-masing sekolah,” kata Nadiem Makarim dalam konferensi pers, Jumat, 11 Februari 2022.

Selain itu, Menteri Nadiem juga menyatakan bahwa setiap sekolah diberikan kebebasan untuk menerapkan kurikulum, seperti Kurikulum Darurat.

Lalu, apa sebenarnya program Merdeka Belajar?

Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan, Merdeka Belajar adalah suatu pendekatan yang dilakukan supaya siswa dan mahasiswa bisa memilih pelajaran yang diminati.

Hal ini dialkukan supaya para siswa dan mahasiswa bisa mengoptimalkan bakatnya dan bisa memberikan sumbangan yang paling baik dalam berkarya bagi bangsa.

Nadiem Makarim pada 2019 menyebutkan bahwa salah satu hal yang harus diperhatikan dalam Merdeka Belajar adalah kemerdekaan berpikir. Kemerdekaan berpikir menjadi salah satu fondasi dasar dari program Merdeka Belajar. Nadiem juga menyebutkan bahwa kemerdekaan berpikir harus dipraktikkan oleh para guru terlebih dahulu sebelum diajarkan kepada para siswa.

Di samping itu, program Merdeka Belajar juga akan membawa perubahan pada sistem pengajaran yang semula bernuanasa di dalam kelas menjadi di luar kelas. Nuanasa pembelajaran di luar kelas ini diharapkan akan membuat setiap siswa menjadi lebih nyaman karena bisa lebih banyak berdiskusi dan akan membentuk karakter dari para siswa.

Salah satu alasan dari Nadiem meluncurkan program Merdeka Belajar adalah penelitian PISA tahun 2019.

Saat itu, penelitian PISA menunjukan hasil bahwa siswa-siswa dari Indonesia menduduki posisi keenam dari bawah dalam bidang matematika dan literasi. Oleh karena itu, hasil penelitian tersebut menjadi salah satu faktor yang mendorong lahirnya program Merdeka Belajar.

sumber: https://nasional.tempo.co/read/1560429/apa-itu-merdeka-belajar-tersebab-survei-jebloknya-matematika-dan-literasi-siswa/full&view=ok

Perguruan tinggi kerap kali dilihat sebagai jalan yang terbukti membawa kesuksesan bagi kaum muda. Tetapi, pandemi Covid-19 mendorong terjadinya transisi perguruan tinggi menjadi serba daring.

Hal ini diikuti kondisi pasar kerja yang semakin kacau di mana permintaan dan penawaran kerja berada pada posisi yang tidak seimbang.

Banyak calon mahasiswa yang kemudian mempertanyakan: apakah melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi masih jadi pilihan yang relevan?

Lebih dari sekadar sukses, sebagian orang juga mulai bertanya: bisakah kuliah membuat Anda lebih bahagia?

Berikut adalah apa yang dikatakan oleh para peneliti dan pakar seperti dikutip dari CNBC, Kamis (25/53/2021).

"Pendidikan mungkin lebih berkorelasi kuat dengan kebahagiaan masa depan sepanjang masa dewasa daripada variabel lainnya," kata Jeffrey Arnett, profesor psikologi di Universitas Clark.

Kebahagiaan, dalam hal ini, diartikan sebagai kepuasan terhadap jalan hidup yang ditempuh oleh seseorang. 

Penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan yang Anda miliki, cenderung Anda akan semakin bahagia.

Dalam data yang berasal dari U.S. General Social Surveys, 94 persen orang dengan gelar sarjana atau lebih melaporkan merasa bahagia atau sangat bahagia dengan kehidupan mereka secara keseluruhan, sementara 89 persen lulusan sekolah menengah atas mengatakan hal yang sama.

Selain itu, Pew survey di tahun 2016 menemukan bahwa orang dewasa dengan pendidikan kurang dari sekolah menengah atas lebih dari dua kali lebih mungkin mengatakan bahwa mereka tidak bahagia dengan kehidupan yang dijalani dibandingkan dengan mereka yang memiliki gelar sarjana atau lebih tinggi.

Memiliki gelar sarjana juga berkorelasi dengan sumber kebahagiaan lain: Orang yang kuliah juga cenderung memiliki hasil kesehatan yang lebih baik, pernikahan yang lebih stabil, dan umur yang lebih lama daripada mereka yang tidak lulus SMA.

Orang cenderung menjadi lebih bahagia dengan semakin banyak uang yang mereka hasilkan sejauh uang yang dimiliki memungkinkan mereka untuk memenuhi kebutuhan dasar, seperti akses ke perawatan kesehatan dan tempat tinggal yang aman.

Data dari Federal Reserve Bank di New York menunjukkan bahwa rata-rata orang dengan gelar sarjana menghasilkan US$ 30.000 lebih banyak dalam setahun, atau hampir 75% lebih banyak, daripada mereka yang memiliki ijazah sekolah menengah atas. Rata-rata lulusan perguruan tinggi menghasilkan sekitar US$ 78.000 setahun, sedangkan seseorang yang hanya berpendidikan sekolah menengah atas menghasilkan US$ 45.000.

Alasan dari mengapa hal ini bisa terjadi adalah karena sebagian besar pekerjaan saat ini membutuhkan gelar sarjana untuk dipekerjakan. Kemajuan dalam automasi digital juga terlibat menjadi faktor yang menyisakan sedikit peluang bagi pelamar kerja yang tidak memenuhi kriteria tersebut. 

“Pendidikan tinggi dan gelar sarjana masih terbukti menjadi jalan keluar dari kemiskinan bagi banyak mahasiswa,” jelas Alex Bernadotte, CEO dan pendiri Beyond 12, sebuah organisasi yang membimbing mahasiswa yang kurang mampu untuk menyelesaikan gelar perguruan tinggi mereka.

“Dengan pendidikan yang lebih tinggi, seseorang lebih mungkin untuk melakukan hal-hal yang menjadi tujuan hidup mereka,” ucap Kendall Cotton Bronk, profesor psikologi di Claremont Graduate University.

Mereka yang mengejar tujuan dalam hidup cenderung memiliki kesehatan mental dan fisik yang lebih baik, dan umur yang lebih panjang.

“Penelitian berulang kali menemukan bahwa individu dengan tujuan hidup cenderung melaporkan bahwa mereka lebih bahagia, atau mereka lebih berharap dan lebih puas, daripada individu yang tidak,” tambah Bronk.

Menurut Bronk, kemampuan untuk menemukan tujuan dalam hidup sebenarnya dipengaruhi pula oleh jurusan yang dipilih oleh mahasiswa berdasarkan keterampilan dan bakat mereka. Jurusan terbaik adalah jurusan yang membantu Anda menemukan tujuan dalam hidup Anda. Sehingga menurutnya, tidak ada satu jurusan yang membuat orang paling bahagia, karena orang mendapatkan tujuan dari berbagai hal.

Misalnya, dalam PayScale’s 2019 College Salary Survey, 3,5 juta responden dari lebih dari 4.000 perguruan tinggi di seluruh AS ditanyai apakah mereka yakin pekerjaan mereka membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik. Hasilnya, jurusan-jurusan dalam bidang kesehatan serta pelayanan kemasyarakatan dan sosial cenderung lebih berhasil memberi makna kepada orang-orang.

Apakah ada jalan selain perguruan tinggi menuju kebahagiaan?

Nasihat Bronk untuk mahasiswa saat ini adalah untuk berhenti sejenak dan benar-benar memikirkan tentang apa yang sebenarnya penting? Hal Itu bisa berarti mengambil tahun jeda (gap year) atau menempuh magang yang dapat membantu karir Anda kedepannya.

Pada akhirnya, pendidikan memang berpotensi meningkatkan kebahagiaan Anda, bukan karena apa yang Anda pelajari di kelas, tetapi karena semua hak istimewa yang menyertai perjalanannya, seperti peluang kerja yang lebih besar, peningkatan pendapatan, dan potensi relasi yang lebih luas.

“Jadi, apakah kuliah cocok untuk semua orang, dan apakah Anda perlu kuliah untuk bahagia? Sama sekali tidak,” tutup Bernadotte.

sumber (Liputan6.com Reporter: Priscilla Dewi Kirana https://www.liputan6.com/on-off/read/4508922/penelitian-tingkat-pendidikan-berkorelasi-dengan-kebahagiaan-masa-depan)

Kamis, 28 Desember 2017 01:22

OSC with Avitex Membantu Siswa Kurang Mampu

Jakarta: Kompetisi beasiswa Online Scholarship Competition (OSC) with Avitex memberikan kesan mendalam bagi para pemenang. Ricky Yantho, pemenang OSC with Avitex tahun 2016, menilai program ini benar-benar memberikan kesempatan anak Indonesia untuk menempuh pendidikan tinggi.
 
Dia mengatakan, saat ini banyak siswa yang ingin kuliah, namun tak punya cukup biaya. Ada banyak program beasiswa, tapi belum tentu menanggung 100 persen biaya kuliah.
 
"Bagus, karena memberikan kesempatan kepada kami yang kekurangan. Bisa menjangkau banyak daerah dan saling berkompetisi. Selain itu bisa sebagai jalur alternatif untuk kuliah," kata Ricky, saat ditemui di malam penghargaan OSC with Avitex 2017 di Kuningan City, Jakarta Selatan, Senin, 18 Desember 2017.
 
Berkat OSC with Avitex, sekarang Ricky bisa kuliah di Universitas Multimedia Nusantara (UMN). Dia berharap Avitex Cat Tembok terus mendukung OSC dalam mencetak generasi hebat.
 
"Karena Indonesia harus dikembangkan pendidikannya, agar menjadi negara maju. Tidak banyak orang yang punya kesempatan kuliah," imbuhnya.
 
OSC with Avitex tahun 2016 lalu meninggalkan banyak kenangan. Hingga saat ini, peserta tahun lalu masih merasakan suasana tes online dan offline OSC. Seperti diakui Titania Agnes Sudarmaji, perempuan asal Ponorogo, Jawa Timur.
 
"Ketika menang rasanya senang. Saya pikir tidak akan menang, karena nama saya disebut paling akhir. Dari sini juga saya bertemu room mate di asrama kampus, dia dari Batam," tutur Agnes yang kini kuliah di UMN, jurusan Ilmu Manajemen.

Suka cita juga dirasakan Anasthesia Karunia Charles, pemenang OSC with Avitex 2016 yang kini kuliah di Universitas Trisakti, jurusan Sistem Informasi. Hatinya senang bukan main, karena gadis yang karib disapa Ade ini merasa usahanya selama ini tak sia-sia, ditambah lagi ia datang dari jauh.
 
"Saat mau tes offline benar-benar mikir, karena finansial keluarga sedang tidak bagus, tapi ingin sekali berangkat. Akhirnya dibolehkan kakak, tapi syaratnya harus serius dan saya sudah buktikan itu. Saya ingin meringankan beban dan membahagiakan keluarga, karena ayah saya sudah meninggal," ungkap Ade yang  berasal dari Medan.

Ade berpendapat penyelenggaraan OSC with Avitex 2017 semakin hebat, karena kuota pemenang dan universitas bertambah. Dengan demikian, peluang anak Indonesia kuliah di universitas yang diinginkan semakin terbuka lebar.
 
"Mudah-mudahan bisa digelar setiap tahun, karena benar-benar membantu anak yang ingin kuliah di tempat yang baik. Semoga Avitex Cat Tembok terus bekerja sama dengan OSC dan terima kasih buat Avitex Cat Tembok, sukses terus," ucapnya.


(ROS)

Sumber: http://news.metrotvnews.com/peristiwa/gNQyZ5aN-osc-with-avitex-membantu-siswa-kurang-mampu

Kamis, 28 Desember 2017 01:14

Prestasi

Prestasi Sekolah

  • Juara I Lomba Olimpiade Sain Tk Kabupaten tahun 2013 bidang Fisika
  • Juara II Lomba Olimpiade Sain Tk Kab Lumajang tahun 2020 bidang Fisika
  • Juara I Lomba Olimpiade Sain Tk Kabupaten tahun 2022 bidang Fisika
  • Juara Lomba Olimpiade Sain Tk Kabupaten tahun 2024 bidang Kimia
Halaman 2 dari 4

Cari

Pengunjung

156568
Hari ini
Minggu Lalu
Bulan lalu
Semua
46
156191
1898
156568

Your IP: 18.97.14.91
2024-12-02 10:35